Sebagai representasi kesucian jiwa di mana seseorang diharapkan mampu mengaktualisasikan kesadaran dan kapasitas dirinya sebagai seorang mukmin, maka kepantasan yang wajar adalah dengan banyak mengucapkan terima kasih dan meminta maaf (thank you and apologize/sorry) kepada sesamanya.
MINTA MAAF
Minta maaf tidak akan menjatuhkan derajat dan martabat manusia, bahkan sebaliknya, semakin tulus seseoang mengakui kesalahan dan meminta maaf, semakin terpancar keagungan kepribadian seseorang.
Tantangan terberat manusia untuk meminta maaf adalah ego yang besar. Seringkali karena egoisme yang mengemuka dan dominan menjadikan orang tersebut enggan meminta maaf. Keakuan menjadi dasar yang terlihat nyata. Manusia dengan egois menggunakan istilah "aku" untuk menunjukkan identitas dirinya, sementara istilah "aku" adalah berstatus pinjaman dari "Aku"-nya Tuhan. Hanya Allah yang berhak menyandang dan menyebut "Aku" yang Maha Absolut", sebab bila manusia mati, akunya secara otomatis akan berakhir.
TERIMA KASIH
Patut dicatat bahwasanya belajar dari Arab sebelum Islam, ucapan maafnya sudah tidak bercorak egois. Bisa dilihat ketika seseorang mengucapkan "Syukron (terima kasih)", orang pasti menjawab "Afwan (maaf)" dan bukan "Na'am (ya). inilah sikap rendah hati yang menunjukkan dirinya tidak pantas diterimakasihi, yang pantas menerima ucapan itu adalah Yang Maha Kuasa. Dalam kata lain "Afwan (Maaf), berterima kasihlah kepada Tuhan.
Ada dua pelajaran hikmah yang dapat kita petik bahawasanya:
- kewajiban untuk tidak egois dan pandai menghargai orang lain yang merupakan perpanjangan "tangan" Tuhan
- jangan melupakan Tuhan sebagai poros di balik kebaikan yang kita dapatkan
Oleh sebab itu, dalam Al-Qur'an dan Hadits Rasululullah, Allah menyandingkan terima kasih kepada-Nya dengan terima kasih kepada makhluk-Nya
"Berterima kasihlah kepadaKu dan kepada Ibu, Bapakmu, hanya kepadaKulah kembalinya."
Q.S. Luqman 31:14
Juga dalam hadits
"Man lam Yasykurinnas lam yasykurillah."
Orang yang tidak berterima kasih kepada manusia bearti tidak berterima kasih kepadaKu (Allah).
Semoga bermanfaat
Ditulis oleh Alm. Djoko Wartono
Kumpulan tulisan yang tercatat di buku yang didapatkan dari permenungan, pengkajian, ceramah ramadhan, khutbah jum'at dan belajar dari keseharian dari diskusi bersama sahabat dan guru beliau selama lima tahun sebelum kepulangannya menghadap ke haribaan-Nya.
Seri catatan Djoko Wartono dapat anda ikuti melalui tag Djoko Wartono.
Posting Komentar