BREAKING NEWS

22 April 2012

Journey to Maros-Makassar: Pernikahan Adat Bugis Makassar

Perjalanan ke Maros hari kedua dengan agenda akad nikah ini diawali dengan insiden kesiangan dan ‎susahnya air yang tak mengaliri bak mandi kamar kami. Kami bertujuh bangun kesiangan sekira jam 8 ‎setelah malam sebelumnya kami habiskan begadang hingga subuh. Untunglah, air di bak mandi kamar ‎lain masih tersisa, masing-masing mencari kamar kosong dan mandi dari air yang masih available di ‎kamar mandinya. ‎

Pimpinan rombongan, Labib, yang sekaligus menjadi sopir mobil sewaan kami berangkat lebih dulu ‎untuk menjemput rombongan kedua, mas Arief EW+Istri dan mas Edy, sementara itu kami ‎mempersiapkan diri untuk acara akad nikah. Sekira pukul 09.30 kami berangkat menuju arena akad ‎nikah di rumah mempelai wanita. Kali ini rombongan berjumlah delapan orang yang semuanya orang ‎Surabaya-Sidoarjo.‎

Sesampainya di rumah Rahmah, kami melihat perumahan Palu Cipta, lorong-lorongnya sudah dipenuhi ‎mobil dari tamu undangan dan keluarga yang hadir di acara. Berdelapan kami memasuki lorong –istilah ‎lokal untuk penyebutan gang- rumah Rahmah seperti sebuah gank yang hendak berperang. Sampai di ‎lokasi akad, kami langsung ambil posisi memotret, mengabadikan momen.‎

Tampak Adi duduk berdampingan dengan sang Imam (sebutan untuk penghulu) di atas lebih tinggi dari ‎tamu yang lain, tempat rahmah melakukan proses Mappacing, sementara wali nikah dan saksi-saksi ‎lainnya duduk di bawah. Prosesi akad nikah dimulai dengan akad perwalian nikah dari adik laki-laki ‎Rahmah kepada Bapak Imam yang kemudian dilanjutkan dengan ikrar nikah dengan menyebutkan ‎mahar yang diberikan pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Meski demikian, uang panaik sebagai ‎hantaran hadiah sang laki-laki kepada pihak perempuan tetep diikutsertakan meski tak disebutkan ‎nilainya. Padahal informasi yang sebelumnya saya dapat dari Ansari dan Irfan, bahwa uang panaik ‎biasanya disebutkan, atau kalaupun tak disebutkan/diumumkan pada saat akad nikah, biasanya ‎seluruh keluarga sudah mengetahuinya.‎

Satu lagi yang patut dicermati bahwasanya adat bugis dan makassar dalam prosesi akad nikah, yang ‎diperbolehkan hadir hanya kalangan laki-laki. Dari pihak laki-laki jelas calon pengantin laki-laki dan ‎saksi-saksi yang dibawanya, dari pihak perempuan, hanya wali dan saksi-saksi beserta keluarga laki-laki ‎yang diijinkan.‎

Prosesi akad nikah tak berlangsung lama, seperti halnya prosesi akad nikah di belahan dunia mana pun ‎yang singkat, kecuali prosesi akad nikah saya yang terbilang lama, karena penyebutan maharnya juga ‎panjang. Setelah akad nikah, sesi ramah tamah dan foto bersama menjadi satu hal yang wajib untuk ‎dilakukan, tak boleh dilewatkan.

Pascaprosesi akad nikah, kedua pengantin diijinkan keluar berdampingan menempati pelaminan yang ‎telah dipersiapkan sejak kemarin. Satu per satu pengantin menerima ucapan selamat dari keluarga dan ‎sanak saudara baik yang dekat maupun yang jauh. Tak lupa kami pun juga ikutan berpose bersama ‎pengantin yang tampak tersenyum ikhlas bahagia. ‎

Saat ramah tamah, kami mendengar bahwasanya pascaprosesi akad nikah, kedua pengantin akan ‎dibawa ke rumah sang pengantin laki-laki yang dalam hal ini diwakili oleh keluarga Pak Muhsin yang ‎merupakan keluarga jauh Rony Adi Santoso. Meski sempat diberitahu rentetannya tapi mumet juga ‎menghafalnya, ya sudahlah.‎

Setelah akad nikah kami segera mendahului pergi ke rumah pak Muhsin yang ternyata kerabat dan ‎koleganya banyak yang sudah hadir datang dan pergi. Sebagai tamu dan dekat dengan pengantin laki-‎laki lebih lama, maka kami pun membiasakan diri menjadi bagian dari keluarga yang bersiap ‎menyambut kedatangan keluarga perempuan dan kedua mempelai. ‎


Kedatangan kedua mempelai di rumah keluarga laki-laki di hari yang sama dengan hari akad nikah ‎mungkin terasa aneh bagi saya, tak biasa begitu soalnya. Kedua mempelai yang diiringi oleh keluarga ‎perempuan bertandang ke rumah keluarga laki-laki untuk memberikan restu tersendiri dari pihak pria. ‎Sesi berpelukan berurai air mata pun terjadi juga di sini. Acara intinya sendiri sebenarnya nasihat ‎pernikahan yang dipersiapkan oleh keluarga pria untuk bekal kedua mempelai. Disampaikan oleh ‎seorang ustadz yang lumayan gaul dengan gaya bahasanya yang kocak. Akhir sesi ditutup dengan doa ‎oleh Sang Ustadz gaul tersebut yang kami amini bersama.‎

Berikutnya, kami mengakhiri hari yang terik panas di Maros tersebut dengan istirahat di wisma ‎sebelum melanjutkan kembali acara di malam hari, resepsi pernikahan Rahmah – Rony Adi Santoso. Di ‎wisma kami lanjutkan istirahat sambil berbincang ringan soal blog bersama –lagi-lagi- Ansari jelek dan ‎irfan Maulana yang setia mendampingi kami ke manapun pergi. Suasana menjadi semakin ramai ‎dengan kehadiran mas Arief EW yang menjadi bulan-bulanan obyek humor kamar wisma kami.‎

Malam pun tiba, kami bersiap segera menuju rumah Rahmah, tempat dilangsungkannya resepsi ‎pernikahan. Suasana resepsi sama halnya dengan suasana saat akad nikah, hanya saja lebih ramai ‎dengan banyaknya tamu undangan yang hadir. Di acara resepsi ini, kami bertemu dengan Andi Agus, ‎blogger Sengkang, Wajo, Uak Sena dan Pak Ilham dengan setelan jas perlentenya. Juga Irfan Maulana ‎yang lebih terlihat macho-nya dengan setelan jins dipadu kemeja gelap yang dimasukkan. Juga ada Isal ‎yang digadang bakal jadi penerus si Ansari Jelek untuk mengomandani Komunitas Blogger Maros.‎

Kerennya lagi, Blogger makassar saudara Blogger Maros menyempatkan diri ikut serta hadir di acara ‎resepsi ini. Ada Daeng Ical, kawan Nabzhar, kawan Kartika Monoarfa, dan satunya lagi saya lupa, maaf. ‎Obrolan dan canda mengalir diselingi makan dan foto bersama. Keakraban blogger yang akan dijumpai ‎di manapun saja kita berada. Love bloggerhood.

Share this:

2 komentar :

  1. Mana reportase kuliner ala marosnyaaa ^_^

    BalasHapus
  2. @mubarika: report kulinernya nggak sempet mbak. Malam harinya selalu di warung kopi hehehehe. Urusan makan dipenuhi makanan kawinan. :D

    BalasHapus

 
Copyright © 2014 Gempur Abdul Ghofur. Designed by OddThemes