.
Ujian Terbuka.
.
Salah satu tradisi penting dalam menjaga kredibilitas lembaga dan menjaga kualitas akademik siswa/santri adalah dengan ujian terbuka (uji publik) di hadapan Walimurid/Walisantri. Tradisi akademik dalam bentuk sidang terbuka ini telah lama ada dalam dunia pesantren. Artinya, tradisi ilmiah menguji hafalan dan kemampuan akademik ini tak melulu menjadi klaim tradisi akademik milik pendidikan formal an sich, tetapi hidup ratusan tahun dalam tradisi keilmuan pesantren.
.
Termasuk juga dalam tradisi pesantren adalah belajar metode sorogan, yang dalam tradisi akademik pendidikan formal disebut dengan tes lisan yang juga tampak dalam sidang skripsi. Santri diuji satu persatu dari cara membaca sekaligus pemahamannya atas teks yang dibaca tersebut. Yang paling lazim dijumpai itu metode klasikal, santri diajarkan menghafal nazhom-nazhom kitab dengan melagukannya secara bersamaan dan serentak. Tujuannya untuk memudahkan hafalan yang menjadi dasar keilmuan untuk dikembangkan lebih lanjut. Tanpa hafalan, teori tidak dikuasai dengan baik. Jika dasar teori tidak baik, bisa dibayangkan bagaimana implementasi atas teori tersebut. Demikianlah pesantren menjaga tradisi ilmiahnya. Kekinian, presentasi kelompok atau perorangan dengan model powerpoint bisa dijumpai pada beberapa pesantren, meski itu bukan arus utama, sekadar opsional saja.
.
Pagi tadi, saya menghadiri acara yang juga salah satu tradisi akademik pesantren Darul Ihsan Menganti, Gresik. Menyaksikan para santri melafalkan hafalannya sebagian lalu dites oleh dewan penguji di hadapan Walisantri. Prosesnya lama, yang diuji ratusan santri. Ada yang lancr ada yang terbata-bata. Ada yang sukses ada yang gagal. Lumrah. Alamiah tidak dibuat-buat. Yang gagal tentunya mengulang. Wajar itu.
.
Oh iya, karena konsentrasi pesantren kali ini adalah ilmu alat telaah kitab, maka yang diujikan tentunya teori-teori bahasa kitab, bahasa Arab. Teori tata bahasa yang biasa disebut grammar atau sintaksis atau Nahwu, kitabnya bernama Al-Miftah 6 jilid produk Pesantren Sidogiri. Juga teori derivasi kata atau biasa disebut ilmu Sharf, kitabnya bernama Amtsilatut Tashrifiyyah. Lalu, ada juga Kitab populer yang berusia ratusan tahun karya ilmuwan Maroko-Andalusia bernama Alfiyah Ibnu Malik, sebuah kitab yang terdiri atas 1000 bait berisi tata bahasa Arab dengan balaghah-nya.
.
Hadir di sana sebagai Walisantri di acara Munaqosyah 'Ammah itu merupakan kebanggaan tersendiri. Melanjutkan tradisi nyantri ayahnya almarhum, Abiyuza menimba ilmu di Pesantren Darul Ihsan Menganti. Saat dialog tadi, Abiyuza sudah kelar khatam Al-Miftah dan Amtsilatut Tashrifiyyah. Sedangkan untuk Alfiyah baru kelar 100 bait dari 1000 yang harus dia tuntaskan. Kerepotannya lagi, sekarang lebih fokus I'lal daripada Alfiyahnya.
.
Lalu ada pertanyaan di benaknya yang membuatnya agak gamang. Apakah kemudian belajar sekian banyak kitab alat ini terpakai nantinya? Sementara dia senang dengan komputer dan game. Kujawab dengan sederhana, "mungkin saat ini tak dibutuhkan ilmu yang kamu pelajari sekarang, tapi kelak, bisa dipastikan akan sangat berguna saat terjun di masyarakat. Keilmuan yang dipelajari hari ini akan menuntun mengantarmu menjadikan manusia bernilai plus dibandingkan yang lainnya." Sementara itu jangka pendeknya, "bila Yuza mau menekuni dunia komputer utamanya pemrograman, yang perlu dipahami itu adalah bahasa pemrograman. Dalam bahasa Inggris namanya Syntax, diindonesiakan menjadi sintaksis, diarabkan menjadi nahwu. Struktur bahasa itu secara umum sama. Tinggal bagaimana kamu bisa membandingkan lalu menemukan polanya dan berikutnya mengimplementasikannya. Orang yang paham nahwu atau grammar atau sintaksis, dijamin lebih mudah memahami bahasa pemrograman, meski di luar itu sangat dibutuhkan juga logika matematika. Tinggal bagaimana kamu menyikapinya. Gak ada yang gak terpakai. Jadi, fokuslah pada ilmu. Selebihnya biar ilmu itu yang membimbingmu nanti.".
.
Selamat nyantri, aja bali sakdurunge diijini Abah Yai.
Posting Komentar