25 Desember 2015
Doa yang Terbuang
Posted by Abdul Ghofur on Jumat, Desember 25, 2015 in Budaya Sketsa | Comments : 4
Doa yang Terbuang
"Ya Allah, alangkah indah dan syahdunya punya ibu seperti yang tertulis di status bijak orang-orang itu, kenapa Engkau beri aku ibu yang jauh dari kata mulia, penuh cinta kasih, kesabaran, dan lain sebagainya.
Ya Allah, kenapa tidak kau piatukan aku? Agar aku tak mengenal sosoknya, yang 180 derajat berkebalikan dari yang tergambarkan dalam kebaikan seorang ibu.
Ya Allah, satu-satunya kemuliaan yang menjadikanku wajib hormat padanya adalah bahwa aku telah lahir dari rahimnya.
Ya Allah, ampuni aku, meski aku bagai binatang yang disia-siakannya, aku tak berani melawannya, aku tak berani membangkang pada perintahnya yang seringkali menyalahi aturanMU.
Ya Allah, ampuni aku, jika aku mengabaikan perintahnya dan memilih keluar rumah dan kembali saat malam tiba hanya untuk menghindarkan diri berkata kasar padanya, karena yang kutakutkan keluar kata-kata kasar yang menyakiti hatinya dan menyakitiMu.
Ya Allah, ampuni aku, jika kemarahannya karena abaiku padanya dan menjadikanMu murka. Semata kulakukan untukMu.
Ya Allah, ampuni ibuku, ampuni aku, beri petunjukMu untuk terang hidup kami. Ampuni aku, hambaMu yang menanggung beban cinta sembilu.
Ya Allah, terima kasih masih menjagaku, melimpahiku dengan nikmat yang tak didapat oleh teman-temanku yang lain. Tak henti kubersyukur padaMu, meski ada ganjalan besar, ibu tak pernah mau tau itu.
Ya Allah, sekali saja ijinkan aku menikmati yang tak kudapat sejak aku bisa mengingat, gerakkan hati ibu, lembutkan hatinya, sekali saja. Aku ingin dipeluknya. Aku rindu sangat usapan tangannya hinggap di kepalaku. Aku rindu, Ya Allah.
Ya Allah, aku rindu bibirnya hinggap di keningku, di pipi kanan kiriku. Aku ingin tidur di pangkuannya. Ampuni aku, bukan karena kufur nikmat mengingat Engkaulah yang selama ini membelaiku, menciumku, menjagaku. Aku hanya manusia biasa, Tuhanku.
Ya Allah, Tuhanku, kabulkanlah permohonanku. Sekali saja. Setelah itu, biarkan aku tenggelam kembali dalam samudera cinta-Mu yang tiada terkira.
Ya Allah, Tuhanku, sekali saja. Ijinkan aku menjadi manusia.
======
NB: Semoga tak ada yang mengalaminya.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Sabar, Pak Gempur.
BalasHapusInsyaAllah ini ujian dari Allah untuk sampeyan, Pak. :D
Karena sebenarnya Allah bersama orang yang sabar.
Hahahahaha.... Ibuku tak sekejam itu yaaaaa....
BalasHapusDan Allah menggerakkan mataku membaca postingan ini
BalasHapusAaaahhh... kenapa dalam postingan ini hampir sama dengan potret hidupku bersama Ibu?
Ssssssttttt.... Jangan kenceng2, nanti didengar orang loh :D
BalasHapus