Children Gaza by The Independent |
Belajar dari pengalaman yang lalu tentang tragedi berkepanjangan di Tanah Palestina, akhirnya saya hanya bisa merumuskan tentang satu hal: Arogansi dan Keserakahan Manusia. Asumsi-asumsi liar yang berkembang di masyarakat luas tentang invasi Israel ke Palestina menunjukkan kecerdasan dan daya kritis masyarakat Indonesia yang kian tinggi.
Dukungan demi dukungan menggelinding bak bola salju hingga pada akhirnya mampu menghentikan Israel menggempur gaza. Penarikan diri pasukan Israel yang demikian tiba-tiba kembali memunculkan klaim-klaim dari berbagai pihak sebagai keberhasilan mereka. Tak kurang bangsa Indonesia sendiri yang aliran gelombang demonstrasi tak henti-henti hingga di tingkat pemerintahan mampu mendesak DK PBB untuk mengeluarkan resolusi meski ompong.
Sayapun akan mengklaim dengan liar bahwa asumsi saya pada tulisan sebelumnya mendekati kenyataan. Bahwasanya serangan Israel yang membabi buta ibarat petir di siang bolong itu merupakan "pesanan" ketimbang murni karena terpaksa harus perang menumpas HAMAS. Toh takbisa disanggah, di akhir gempuran israel dan akhirnya gencatan senjata, Hamas tetap eksis bahkan berpatroli keliling Gaza hingga pawai besar-besaran merayakan kemenangan mereka.
Serangan Israel ke Gaza, bagi saya, merupakan "bonus purna jabatan" Bush yang harus diakhiri sebelum pelantikan presiden baru Amerika tanggal 20 Januari 2009. Sama sekali tak ada keterkaitan dengan wibawa Obama. Murni alasan teknis bahwa wewenang Bush akan berakhir pada tanggal itu dan karena itu perang juga sudah usai.
Obama yang disinyalir memiliki potensi besar mendamaikan Timur Tengah, bagi saya kebijakannya tetap sama dengan presiden-presiden terdahulu. Tetap dan selalu menjadikan Israel sebagai sekutu yang wajib dibela meski dunia mencacinya. Kalaupun ada perbedaan, lebih pada strategi dan pendekatan yang digunakan dalam memecahkan masalah.
Israel tetap pada kebijakannya begitupun dengan Hamas pun juga Amerika. Suatu saat akan pecah perang kembali dengan alasan dan argumen tertentu yang bisa saja dibuat-buat. Dan ini jelas murni ada kepentingan, karena itu pula selama ketiga kekuatan ini tidak bisa dikompromikan, "Tragedi Kemanusiaan" akan terus berlanjut dan air mata serta amarah dunia akan kembali tertumpah dalam euforia yang tiada habisnya.
Berangkat dari tragedi di atas, perlu ada upaya yang lebih simpati dalam mencegah "tragedi" kembali terjadi. Himbauan, seruan, bantuan, doa lebih memiliki makna dari pada mencibir, acuh apalagi mencaci. Melalui berbagai sarana yang ada, siapapun bisa melakukannya. Termasuk blogger di dalamnya. Postingan, banner dan lain sebagainya bisa menjadi sarana membangun opini besar di dunia maya untuk mencegah terjadinya "tragedi kemanusiaan" kembali terjadi.
Ziarah blogger Timur Tengah yang digagas oleh komunitas blogger Surabaya, Tugu Pahlawan dot Com, bukan sekadar ajang reekreasi atau pesta hura-hura. Semua berangkat dari keprihatinan, modal yang dimiliki TPC adalah modal sosial berbentuk rasa persahabatan dan ketulusan. Tanpa modal sosial tersebut, kegiatan ziarah ini tak akan terjadi. Nama Timur Tengah sendiri sering menjadi bahan pertanyaan apa maksud dari nama tersebut. Tanpa bermaksud mengeksklusifkan diri dengan membuat sekat baru, sebenarnya nama tersebut didapat dari kependekan kumpulan blogger Jawa Timur dan Jawa tengah. Mengacu pada geografis di mana ziarah tersebut diselenggarakan. Namun siapa saja boleh masuk dan bergabung di dalamnya, terutama pada saat acara puncak teleconference melalui InstanMessenger.
Isu palestina adalah bentuk tanggung jawab sosial TPC atas tragedi kemanusiaan yang terjadi. Tak hendak menafikan negeri sendiri yang sedang dirundung banyak bencana alam, semua lebih pada prinsip saling mengisi dan berbagi. Isu lokal sudah ter-cover oleh komunitas lain. Sementara isu Palestina,masih menjadi isu personal di beberapa blog dan belum menjelma menjadi gerakan moral yang menyatakan satu suara besar, suara blogger Indonesia. Meski dalam alam bawah sadar semua mengutuk tragedi tersebut, tapi di kalangan blogger belum menjadi isu sentral suara blogger Indonesia.
Belajar dari pengalaman yang sudah ada, diharapkan ziarah blogger mampu menghasilkan rekomendasi yang baik untuk seluruh blogger Indonesia, setidaknya agenda utama yang akan dibahas, "Jambore" [Jamaah Blogger Kere] tingkat nasional bisa diselenggarakan pada tahun ini dengan gemilang dan sukses berdasarkan prinsip "Persahabatan dan Ketulusan".
Semoga semangat "Persahabatan berlandaskan Ketulusan" ini mewabah tak hanya Indonesia tapi ke seluruh dunia utamanya sampai ke Palestina agar tak terjadi lagi "tragedi kemanusiaan".
Posting Komentar