Blogger Kopdar Budaya, melestarikan tradisi dalam tindakan nyata juga tutur kata dalam ragam tulis penyambung lidah. Penutur, pelaku, dan pegiat, serta pelestari tradisi, Toto Sugiharto, Sang Gunung Kelir.
Boleh jadi ini pertemuan kesekian kalinya dengan Kang Toto Gunung Kelir, kali ini dalam momentum lebaran 2012, dibarengkan dengan tasyakkuran sembelih etawa dan pesta mini budaya, jathilan.
Bersama Kang Kombor dan Maztrie dan satu orang murid saya yang alhamdulillah di terima di UGM, Aqmal Nur Jihad, aku menikmati dinginnya Gunung Kelir setelah motor yang kunaiki justru kutuntun di tanjakan paling curam dan panjang menuju lokasi dengan kemiringan 45 derajat lebih. Capek? Iya pastinya.
Benar kata kang Gentho, "Butuh keberanian dan berhati bersih untuk menuju puncak gunung kelir". :)
Di pertigaan saya tetirah menunggu jemputan Mas Bambang (adik kang toto), syukurlah bertemu, dapat informasi ternyata rombongan Suryaden, Tomy Taslim, Wong Kam Fu beserta istri, Utami Muhtar juga akan turun. Saya pun menunggu, dan ketemu juga akhirnya dengan beliau berempat. Meski baru bertatap muka hanya beberapa menit, rasanya sudah sah mewakili pertemuan di Gunung Kelir.
Selesai itu, kami bertiga pun lanjut ke kediaman kang Toto. Sesampainya kulihat panggung wayang yang berdiri dipenuhi alat musik tradisional dan modern. Dipersilakan masuk, ketemulah saya dengan Kang Kombor, Maztrie, dan Kang Toto.
Prosesi pertama pastinya saling melebur dosa yang sudah-sudah dengan bertemunya jabat tangan.
Obrolan dimulai, menyaksikan video tarian jathilan yang disuguhkan oleh para pemuda desa di mana Kang Toto menjadi salah satu pawangnya. Terlihat pula Kang Kombor yang keluar bakat alamiahnya, menari bersama penari-penari yang lain. Suguhan budaya lokal yang keren, terlestarikan.
Perbincangan pun mulai menghangat, Kang Toto, meski sudah saya kenal lama sebagai peternak kambing etawa yang sebetulnya bukan profesi utamanya, juga pelestari tradisi berkesenian jathilan dan pedalangan. Upaya membangun masyarakat desanya patut diapresiasi juga direplikasi di tempat-tempat lain oleh orang yang berbeda.
Satu hal yang baru saya ketahui pada malam itu adalah bahwa Kang Toto juga pelaku seninya, yang dalam berkesenian jathilan, ia bertindak sebagai pawangnya. Wow. Bukan perkara mudah untuk bisa selevel itu dengan segudang kesibukan di Ibukota dan sekitarnya sebagai seorang kontraktor mechanical engineering untuk beberapa apartemen dan perumahan.
Kang Toto, manusia dengan talenta yang tak sedikit, memberdayakan desanya, menghidupkan desanya di puncak gunung kelir dan sekitarnya dengan beternak etawa dan berkesenian. Juga tak sedikit, puluhan hingga ratusan pemuda desanya bernaung di bawah benderanya, mengkaryakan mereka, mengais rejeki di sekitar ibukota Jakarta.
Toto Sugiharto Sang Gunung Kelir itu profil hidup manusia pemberdaya yang menggerakkan masyarakat desanya untuk bekerja dan berkesenian, seperti halnya Suryaden Sang Pengelana juga manusia pemberdaya yang berkelana ke mana angin mengarah, membangun dan memberdayakan.
Bangga mengenalnya, mengenal pelaku, penggerak, pelestari, sekaligus promotor penyandang dana berkegiatan kesenian. Menemukan puncak keimanan budaya, kesesuian antara lisan, hati, dan tindakan berkesenian.
Selamat berkarya dan berdaya.
Nb: link lengkap para oknum yg terlibat, foto2 dan video akan disertakan berikutnya menunggu laptop dan koneksi level superadmin
aku datang loh
BalasHapusterima kasih dan merupakan sebuah kehormatan atas kedatangan nya kang,mas gempur
BalasHapusSayangnya saya dan istri malah nginep di losmen di Secang karena tidak bisa pulang ke Salatiga. Tahu gitu nginep di Gunung Kelir deh, jadi kita bisa lama dan lebih makcrot ngobrolnya. ;D
BalasHapusOh ya, sedikit revisi nama. Wong Kam Fung dan istri saya Utami Utar. ;)
Salam persahablogan,
@wkf2010
@suryaden: iyo kowe teko ning ketemu aku sak nyuk'an thok. :d
BalasHapus@gunungkelir: suwun yo kang atas jamuan'e. Mugo2 langgeng terus usahane. Amin.
@wongkamfung: hehehehehe, nuwun kang atas koreksine. Sayang ketemu mung sedilit dadine ra iso ngobrol suwe :D