BREAKING NEWS

10 November 2008

Happy Birthday My Love [2]: Part 1

photocredit: mas arul


Untuk kali pertama TPC menyelenggarakan prosesi ulang tahun. Acara yang digelar tergolong sederhana tapi memiliki makna yang dalam bagi saya.

Acara pertama digelar tanggal 9 Nopember 2008, sangat sederhana, hanya berupa rangkaian kumpul biasa yang merupakan agenda mingguan, Jogging Minggu Pagi [JMP]. Hanya saja diselingi dengan game berhadiah. Kali ini pula, saya mengajak siswa/I saya yang tergabung dalam PENITI yang kebanyakan adalah siswa/I baru.

Jumlah bloger yang datang cukup banyak, kurang lebih 50-an. Satu hal yang membuat saya risau, ketidakhadiran para sesepuh terutama mbah sangkil dan siwi nahrowi. Juga para deklarator TPC seperti Mas Jiewa, Mbak Evelyn, Mas Bintang, Mas Nico, Mas pandu dan Bu Titah.

Acara yang berlangsung di Taman Bungkul ini berakhir setelah sesi makan-makan dan ramah-tamah di kantin. Rangkaian acara berikutnya adalah napak tilas ke Taman Makam Pahlawan di jalan Kusuma Bangsa dan ke Makam Bung Tomo di Pemakaman Umum Ngagel. Jumlah peserta berkurang drastis, utamanya siswa/i saya. Tersisa sekira 20-an blogger yang melanjutkan rangkaian perjalanan acara.

TAMAN MAKAM PAHLAWAN

photocredit: tugupahlawan.com

Napak tilas yang sungguh bermakna meski hanya beberapa menit mengingat kunjungan mendadak yang tidak disertai perijinan ke pihak yang berwenang menjadikan penunggu makam membatasi waktu ziarah kami.

Hitungan menit yang ada kami manfaatkan untuk berdo'a bersama untuk para pahlawan yang makamnya berjajar rapi di hadapan kami. Sebagai yang tertua [merasa sok tua] saya memimpin do'a [meski bukan pak kyai atau ustadz]. Meski di bawah terik panas di langit yang setengah mendung, aura khusyuk menyelimuti kami.

"Berharap semangat heroik para pahlawan menginspirasi kami untuk berbuat lebih baik bagi bangsa dan negara"

INTERMEZZO

Perjalanan kami lanjutkan ke Tugu Pahlawan. Kecewa kami tampaknya menemui muaranya. Kami terhalang masuk area Tugu Pahlawan karena area sedang disterilkan untuk konser band nasional.

Rute berikutnya adalah Makam Bung Tomo, ikon melegenda pahlawan kebanggaan dan inspirator patriot Surabaya. Sayangnya, sempat ada insiden kecil, makam yang terkunjungi adalah makam dr. Soetomo yang terletak tak jauh dari Tugu Pahlawan. Terjadi missinformation di antara kami. Mohon maaf, tak bermaksud sama sekali untuk menyepelekan pahlawan lainnya [dalam hal ini dr. Soetomo dan W.R. Soepratman serta pahlawan lainnya yang makamnya berada di Surabaya]. Ini hanya masalah skala prioritas. Akhirnya, kami langsung putar balik ke daerah Ngagel.

MAKAM BUNG TOMO

photocredit: tugupahlawan.com
Sempat kaget juga ketika sampai di makam Bung Tomo. Makamnya terletak di pemakaman umum tidak di taman makam pahlawan. Sebuah kesahajaan yang tampak dari seorang Bung Tomo. Menurut kata kawan, memang demikian wasiat mendiang Bung Tomo sebelum meninggal. Meminta untuk dimakamkan di pemakaman umum dan satu hal lagi yang paling menarik bahwa status pahlawan nasional untuk Bung Tomo baru dikukuhkan beberapa hari sebelum tulisan ini terbit.

Kami tak langsung berdoa sesampainya di depan pusara. Ada informasi dari kawan reporter SCTV yang hendak meliput kedatangan keluarga Bung Tomo untuk ziarah. Maksud kami sekalian doa bersama.

Dalam menunggu, datang seorang ibu tua dan buta dipapah oleh wanita setengah baya. Langsung menuju pusara yang menurutnya sudah berubah. Langsung saja ia berdoa. Kami semua terdiam melihat dengan seksama tenggelam dalam khusyuknya. Dalam hati, siapa gerangan dirinya?

Usai berdoa, ibu tua dan buta itu memanggil wanita setengah baya yang meninggalkannya saat berdoa. Refleks saya tergerak memanggil wanita setengah baya tadi, tapi justeru ibu tadi memanggil saya untuk membantunya.

photocredit: tugupahlawan.com

Ibu tua dan buta itu meminta saya menunjukkan batu nisan makam Bung Tomo dan tas kecil bawaannya. Singkatnya waktu menjadikan sosoknya tetap misterius bagi saya. Saya hanya bisa menangkap sedikit cerita beliau bahwa beliau bukan keluarga, juga bukan teman seperjuangan Bung Tomo. Beliau lahir tahun 1941, yang berarti baru berumur 4 tahun ketika Bung Tomo berorasi membakar semangat para pahlawan Surabaya. Tapi beliau merasa sangat dekat dengan Bung Tomo dan rutin berziarah meski kondisi fisik yang menurut saya sangat tidak memungkinkan. Dalam kebutaan dan sendiri beliau naik angkutan umum untuk sampai ke pusara Bung Tomo. Kesetiaan dan keteguhan yang luar biasa. Dalam haru bercampur malu, saya berharap semoga Allah SWT menjadikan beliau termasuk golongan orang yang mulia dan dimuliakan.

Setelah ibu tua dan buta itu pergi, kami langsung menunaikan doa bersama mengingat waktu yang sudah semakin siang dan juga keluarga Bung Tomo yang tak kunjung hadir. Seusai doa bersama, kami memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Rangkaian acara pertama ulang tahun TPC telah usai.

Selamat Ulang Tahun TPC
Selamat Hari Pahlawan
Semoga Jasa Para Pahlawan menginspirasi kita semua untuk berbuat lebih baik bagi bangsa dan negara.
Amin Allahumma Amin.

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 Gempur Abdul Ghofur. Designed by OddThemes